II. TINJAUAN PUSTAKA
Metode parafin adalah suatu cara pembutan
sediaan baik itu tumbuhanataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-kebaikan
metode ini ialahirisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau
metoda seloidin.Dengan metoda beku, tebal
irisan rata-rata diatas 10 mkron, tapi dengan metode parafin tebal
irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifatseri dapat
dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.Kelemahan dari metode ini ialah jaringan menjadi keras, mengerut dan
mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila
menggunakanmetode ini. Sebagian besar enzim-enzim yang terdapat pada jaringan
akan larutdengan menggunakan metode ini (Santoso, 2002).
Proses pertama yang disiapkan dalam menyiapkan materi segar dalam
pengamatan mikroskopis yaitu fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah
mencegah kerusakan jaringan, menghentikan proses metabolisme secar cepat,
mengawetkan komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya,
mengeraskan materi yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat diwarnai sehingga
bisa diketahui bagian-bagian jaringan (Affuwa, 2007).
Faktor-faktor yang berperan dalam fiksatif adalah buffer (pH), suhu yang rendah mencegah autolisis,untuk mendapatkan daya penetrasi yang tinggi digunakan irisan setipis mungkin, perubahan volume, osmolaliitas pada larutan fiksatif, penambahan deterjen sehingga fiksatif cepat masuk, konsentrasi, dan waktu fiksatif. Dehidrasi memiliki fungsi menghilangkan air dalam jaringan. Bahan yang digunakan untuk dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air. Dehidrasi yang baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70% sesuai dengan pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol 80%, 90%, 96% dan alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 3 kali (Botanika, 2008).
Faktor-faktor yang berperan dalam fiksatif adalah buffer (pH), suhu yang rendah mencegah autolisis,untuk mendapatkan daya penetrasi yang tinggi digunakan irisan setipis mungkin, perubahan volume, osmolaliitas pada larutan fiksatif, penambahan deterjen sehingga fiksatif cepat masuk, konsentrasi, dan waktu fiksatif. Dehidrasi memiliki fungsi menghilangkan air dalam jaringan. Bahan yang digunakan untuk dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air. Dehidrasi yang baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70% sesuai dengan pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol 80%, 90%, 96% dan alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 3 kali (Botanika, 2008).
Untuk memungkinkan paraffin dapat masuk ke dalam sel, haruslah
alkohol di dalam organ diganti dengan zat yang mudah mengusir alkohol tetapi
kemudian harus bisa diusir oleh paraffin. Clearing atau dealkoholisasi ini
dapat menggunakan aceton, benzol,toluol, dan xilol. Clearing dapat dilakukan
selama 24 jam (Jvetunud, 2008).
Infiltrasi merupakan suatu tahapan diimana media tanam dimasukkan
ke dalam jaringan secara bertahap. Media yang digunakan untuk menanam yaitu
paraffin. Infiltrasi dilakukan di dalam oven pada suhu 52oC dengan perbandingan
parafin dan xilol 1:1 sel (Botanika, 2008).
Ada beberapa macam paraffin yaitu paraffin lunak dengan titik
leleh 48oC, paraffin medium dengan titik leleh 52oC, dan paraffin keras dengan
titik leleh 56oC. Waktu yang dibutuhkan di setiap tahapan paraffin yaitu 15-20
menit. Tidak perlu waktu yang cukup lama karena dilakukan di dalam oven yang
menyebabkan jaringan kuat dan rapuh (Botanika, 2008).
Embedding dilakukan dengn membuat kotak kertas. Beberapa
keuntungan menggunakan kotak kertas yaitu bisa membuat arah sayatan dan
menandai jaringan. Sebelum jaringan atau sampel ditanam maka terlebih dahulu
paraffin dalam kotak harus membeku pada bagian dasarnya sehingga memungkinkan
objek tidak langsung menempel pada dasar kertas. Blok paraffin yang akan
disayat dulu maka dibentuk dulu (trimming). Bentuk blok disesuaikan dengan
bentuk pitanya yang diinginkan. Hal in dikarenakan penampang blok paraffin
menggambarkan blok pita yangg akan diiris.Letak mata pisau pada mikrotom sangat
menentukan hasil yang diperoleh. Pisau dibersihan dengan xylol dari sisa-sisa
paraffin yang menempel. Hasil sayatan diambill dengan menggunakan kuas secara
hati-hati. Hasil sayatan diletakkan dalam bak khhusuus dann diperhatikan
urutannya. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca objek dengan menggunakan meyer
albumin. Kaca objek selanjutnya diletakkan di atas meja penangans (heating
plate) (Botanika, 2008). Meyer albumin memiliki kandungan putih telur dan
gliserin dan merupakan pelekat alami yang sangat baik (Hugo, 2008).
I. 
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Mikroteknik adalah ilmu yang mempelajari
tentang pembuatan preparat.Dalam setiap pembuatan preparat pada umumnya selalu dilakukan
fiksasi terlebihdahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri adalah suatu cara atau
proses (metode) yang bertujuan untuk
mematikan sel tanpa mengubah fungsi dan struktur di dalam selitu sendiri. Jika
telah dilakukan fiksasi maka preparat yang dibuat akan menjadilebih awet
dan tahan lama (Billi, 2008).
Dehidrasi adalah suatu cara atau proses (metode) pengurangan atau
penghilangan air pada sel. Penjernihan adalah suatu cara atau proses (metode)
yang digunakan untuk menghilangkan warna asli atau preparat supaya ketika
pemberian warna yang baru menjadi lebih sempurna dari pada warna aslinya.
Fungsi dehidrasi dari metode pembuatan preparat dengan penyelubungan agar
parafin dapat terinfiltrasi dengan sempuna ( Della, 2008).
Sediaan adalah benda yang akan diamati stukturnya. Sifat-sifat
dari sediaan ada yang sementara, semi permanen, dan permanen. Sumber sediaan
adalah semua organism atau yang pernah hidup baik itu tumbuhan, hewan, maupun
manusia dan hasil pertumbuhannya (bagian atau keseluruhan tubuh organisme) Garis besar pembuatan sediaan adalah pengambilan
dan persiapanmaterial, fiksasi, pencucian, pewarnaan, dehidrasi,
penjernihan, penempelan padagelas objek, dan
pemberian nama. Beberapa metode dalam pembuatan sediaanantara lain: sediaan
utuh (Whole Mount), sediaan apus (Smear), sediaan remas(Squash), sediaan
gosok, Maserasi, dan sediaan sayatan tanpa embedding maupundengan embedding
(Parafin, seloidin, maupun resin) (Kusuma, 2008).
1.2 Rumusan masalah
           
Rumusan masalah yang didapatkan berdasarkan latar belakang diatas adalah:
-Bagaimana cara membuat sayatan ?
III.
METODE PRAKTEK
A. Waktu dan tempat
Praktikum preparat sayatan ini dilaksanakan pada hari
senin, tanggal 08 Oktober 2012, (pada pukul 12.00 – 14.00 wita), di
Laboraturium, Fakultas Kehutanan Universitas hasanuddin.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1.      Pisau untuk memotong kayu seukuran korek api
2.      Cawan petri sebagai wadah diletakkannya kayu yang telah
direbus
3.      Tempat perebusan sebagai tempat untuk merebus kayu
4.      Mikroskop elektron sebagai alat bantu dalam pengukuran
serat
5.      Kaca preparat sebagai wadah / tempat meletakkan serat
6.      Pipet tetes sebagai alat untuk mengambil serat dalam
skala kecil
7.      Tabung reaksi sebagai wadah meletakkan kayu seukuran
korek api untuk direbus
8.      Kayu sebagai bahan yang akan diukur panjang seratnya
9.      Aquades sebagai sebagai larutan penetral
10.  Alkohol sebagai larutan dalam pemisaham serat 
11.  Saframin sebagai larutan pewarna dan mempermudah
pemisahan serat sehingga serat tahan lebih lama
12.  Kertas saring sebagai bahan pembantu dalam pemisahan
serat
Dalam praktikum kali ini
bahan preparat sayatan sudah disediakan dan tinggal di ukur saja
C. Prosedur Kerja
Cara pembuatan preparat sayatan:
Sediakan :
-         
Ukuran balok 2x2x2
-         
Alcohol+gliserin 3:1 , 1:1 , 1:3
(disimpan 1 minggu)
-         
Sayat 
-> mikrotom
-         
Setelah itu -> hasil sayatan dimasukkan
di cawan petri + aquades + saframin dan simpan selama  1 hari
-         
Diberi alcohol 30, 50, 70, 90 %
-         
Hasil sayatan ditutup pada the glass
perekat cukit
Yang diamati :
Pori -> soliter/bergabung
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun
ukuran dari pori di atas yang telah di ukur dalam bentuk transversal/panjangnya
sebanyak 25 yaitu: 
| 
1.   14 
2.   15 
3.   10 
4.   23 
5.   15 
6.   17 
7.   20 
8.   19 
9.   20 
10.  17 | 
11.  20 
12.  13 
13.  19 
14.  22 
15.  26 
16.  8 
17.  23 
18.  12 
19.  20 
20.  20 | 
21.  23 
22.  22 
23.  15 
24.  20 
25.  20 | 
dari gambar tersebut telah diukur dari panjang dan
lebarnya sebanyak 25 yaitu:
| 
1.     
  100, 13 
2.     
  80, 15 
3.     
  60, 17 
4.     
  110, 8 
5.     
  100, 10 
6.     
  70, 10 
7.     
  110, 17 
8.     
  120, 17 
9.     
  130, 16 
10. 
  130, 15 | 
11.  110, 10 
12.  100, 12 
13.  65, 10 
14.  140, 10 
15.  100, 11 
16.  100, 15 
17.  80, 15 
18.  120, 19 
19.  130, 18 
20.  90, 10 | 
21.  70, 15 
22.  110, 10 
23.  110,12 
24.  80, 12 
25.  130,15 | 
Daftar Pustaka
Budiono, J.D. 1992.  Pembuatan Preparat
Mikroskopis. University Press. IKIP. Surabaya.
Campbell, Reece,
Mitchell. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 3.
Jakarta. Erlangga.
Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology
of Amphibians. McGraw – Hill Book Company. New York
Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak
IV. Gadjah Mada Press.Yogyakarta.
Gray, P. 1954. The Microtomits’ Formulary and
Guide. The Blakiston Company Inc. New York. Toronto.
Hudha, Atok M. 2000. Vertebrata. UMM
Press. Malang.
Iskandar, D. T. and E. Colijn, 2000,Preliminary
Checklist of Southeast Asian and New Guinean Herpetofauna: Amphibians,Treubia 31
(3): 1-133.
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan
Coba. Gadjah Mada Press.Yogyakarta.
Sundoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis
dan Histokimia). Penerbit Bhrataro Karya Aksara. Jakarta.
Zug, George R. 1993.Herpetology : an
Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London, p :
357 – 358.


 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar