Minggu, 14 Oktober 2012

preparat sayatan


II. TINJAUAN PUSTAKA

Metode parafin adalah suatu cara pembutan sediaan baik itu tumbuhanataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-kebaikan metode ini ialahirisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin.Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mkron, tapi dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifatseri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.Kelemahan dari metode ini ialah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakanmetode ini. Sebagian besar enzim-enzim yang terdapat pada jaringan akan larutdengan menggunakan metode ini (Santoso, 2002).
Proses pertama yang disiapkan dalam menyiapkan materi segar dalam pengamatan mikroskopis yaitu fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah mencegah kerusakan jaringan, menghentikan proses metabolisme secar cepat, mengawetkan komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat diwarnai sehingga bisa diketahui bagian-bagian jaringan (Affuwa, 2007).
Faktor-faktor yang berperan dalam fiksatif adalah buffer (pH), suhu yang rendah mencegah autolisis,untuk mendapatkan daya penetrasi yang tinggi digunakan irisan setipis mungkin, perubahan volume, osmolaliitas pada larutan fiksatif, penambahan deterjen sehingga fiksatif cepat masuk, konsentrasi, dan waktu fiksatif. Dehidrasi memiliki fungsi menghilangkan air dalam jaringan. Bahan yang digunakan untuk dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air. Dehidrasi yang baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70% sesuai dengan pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol 80%, 90%, 96% dan alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 3 kali (Botanika, 2008).
Untuk memungkinkan paraffin dapat masuk ke dalam sel, haruslah alkohol di dalam organ diganti dengan zat yang mudah mengusir alkohol tetapi kemudian harus bisa diusir oleh paraffin. Clearing atau dealkoholisasi ini dapat menggunakan aceton, benzol,toluol, dan xilol. Clearing dapat dilakukan selama 24 jam (Jvetunud, 2008).
Infiltrasi merupakan suatu tahapan diimana media tanam dimasukkan ke dalam jaringan secara bertahap. Media yang digunakan untuk menanam yaitu paraffin. Infiltrasi dilakukan di dalam oven pada suhu 52oC dengan perbandingan parafin dan xilol 1:1 sel (Botanika, 2008).
Ada beberapa macam paraffin yaitu paraffin lunak dengan titik leleh 48oC, paraffin medium dengan titik leleh 52oC, dan paraffin keras dengan titik leleh 56oC. Waktu yang dibutuhkan di setiap tahapan paraffin yaitu 15-20 menit. Tidak perlu waktu yang cukup lama karena dilakukan di dalam oven yang menyebabkan jaringan kuat dan rapuh (Botanika, 2008).
Embedding dilakukan dengn membuat kotak kertas. Beberapa keuntungan menggunakan kotak kertas yaitu bisa membuat arah sayatan dan menandai jaringan. Sebelum jaringan atau sampel ditanam maka terlebih dahulu paraffin dalam kotak harus membeku pada bagian dasarnya sehingga memungkinkan objek tidak langsung menempel pada dasar kertas. Blok paraffin yang akan disayat dulu maka dibentuk dulu (trimming). Bentuk blok disesuaikan dengan bentuk pitanya yang diinginkan. Hal in dikarenakan penampang blok paraffin menggambarkan blok pita yangg akan diiris.Letak mata pisau pada mikrotom sangat menentukan hasil yang diperoleh. Pisau dibersihan dengan xylol dari sisa-sisa paraffin yang menempel. Hasil sayatan diambill dengan menggunakan kuas secara hati-hati. Hasil sayatan diletakkan dalam bak khhusuus dann diperhatikan urutannya. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca objek dengan menggunakan meyer albumin. Kaca objek selanjutnya diletakkan di atas meja penangans (heating plate) (Botanika, 2008). Meyer albumin memiliki kandungan putih telur dan gliserin dan merupakan pelekat alami yang sangat baik (Hugo, 2008).


I.  PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Mikroteknik adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan preparat.Dalam setiap pembuatan preparat pada umumnya selalu dilakukan fiksasi terlebihdahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri adalah suatu cara atau proses (metode) yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah fungsi dan struktur di dalam selitu sendiri. Jika telah dilakukan fiksasi maka preparat yang dibuat akan menjadilebih awet dan tahan lama (Billi, 2008).

Dehidrasi adalah suatu cara atau proses (metode) pengurangan atau penghilangan air pada sel. Penjernihan adalah suatu cara atau proses (metode) yang digunakan untuk menghilangkan warna asli atau preparat supaya ketika pemberian warna yang baru menjadi lebih sempurna dari pada warna aslinya. Fungsi dehidrasi dari metode pembuatan preparat dengan penyelubungan agar parafin dapat terinfiltrasi dengan sempuna ( Della, 2008).

Sediaan adalah benda yang akan diamati stukturnya. Sifat-sifat dari sediaan ada yang sementara, semi permanen, dan permanen. Sumber sediaan adalah semua organism atau yang pernah hidup baik itu tumbuhan, hewan, maupun manusia dan hasil pertumbuhannya (bagian atau keseluruhan tubuh organisme) Garis besar pembuatan sediaan adalah pengambilan dan persiapanmaterial, fiksasi, pencucian, pewarnaan, dehidrasi, penjernihan, penempelan padagelas objek, dan pemberian nama. Beberapa metode dalam pembuatan sediaanantara lain: sediaan utuh (Whole Mount), sediaan apus (Smear), sediaan remas(Squash), sediaan gosok, Maserasi, dan sediaan sayatan tanpa embedding maupundengan embedding (Parafin, seloidin, maupun resin) (Kusuma, 2008).

1.2 Rumusan masalah
            Rumusan masalah yang didapatkan berdasarkan latar belakang diatas adalah:
-Bagaimana cara membuat sayatan ?


III. METODE PRAKTEK
A. Waktu dan tempat
Praktikum preparat sayatan ini dilaksanakan pada hari senin, tanggal 08 Oktober 2012, (pada pukul 12.00 – 14.00 wita), di Laboraturium, Fakultas Kehutanan Universitas hasanuddin.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Pisau untuk memotong kayu seukuran korek api
2.      Cawan petri sebagai wadah diletakkannya kayu yang telah direbus
3.      Tempat perebusan sebagai tempat untuk merebus kayu
4.      Mikroskop elektron sebagai alat bantu dalam pengukuran serat
5.      Kaca preparat sebagai wadah / tempat meletakkan serat
6.      Pipet tetes sebagai alat untuk mengambil serat dalam skala kecil
7.      Tabung reaksi sebagai wadah meletakkan kayu seukuran korek api untuk direbus
8.      Kayu sebagai bahan yang akan diukur panjang seratnya
9.      Aquades sebagai sebagai larutan penetral
10.  Alkohol sebagai larutan dalam pemisaham serat
11.  Saframin sebagai larutan pewarna dan mempermudah pemisahan serat sehingga serat tahan lebih lama
12.  Kertas saring sebagai bahan pembantu dalam pemisahan serat
Dalam praktikum kali ini bahan preparat sayatan sudah disediakan dan tinggal di ukur saja


C. Prosedur Kerja
Cara pembuatan preparat sayatan:
Sediakan :
-          Ukuran balok 2x2x2
-          Alcohol+gliserin 3:1 , 1:1 , 1:3 (disimpan 1 minggu)
-          Sayat  -> mikrotom
-          Setelah itu -> hasil sayatan dimasukkan di cawan petri + aquades + saframin dan simpan selama  1 hari
-          Diberi alcohol 30, 50, 70, 90 %
-          Hasil sayatan ditutup pada the glass perekat cukit
Yang diamati :
Pori -> soliter/bergabung


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil


Adapun ukuran dari pori di atas yang telah di ukur dalam bentuk transversal/panjangnya sebanyak 25 yaitu:
1.   14
2.   15
3.   10
4.   23
5.   15
6.   17
7.   20
8.   19
9.   20
10.  17

11.  20
12.  13
13.  19
14.  22
15.  26
16.  8
17.  23
18.  12
19.  20
20.  20

21.  23
22.  22
23.  15
24.  20
25.  20



dari gambar tersebut telah diukur dari panjang dan lebarnya sebanyak 25 yaitu:



1.      100, 13
2.      80, 15
3.      60, 17
4.      110, 8
5.      100, 10
6.      70, 10
7.      110, 17
8.      120, 17
9.      130, 16
10.  130, 15
11.  110, 10
12.  100, 12
13.  65, 10
14.  140, 10
15.  100, 11
16.  100, 15
17.  80, 15
18.  120, 19
19.  130, 18
20.  90, 10
21.  70, 15
22.  110, 10
23.  110,12
24.  80, 12
25.  130,15




              


Daftar Pustaka

Budiono, J.D. 1992.  Pembuatan Preparat Mikroskopis. University Press. IKIP. Surabaya.
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 3. Jakarta. Erlangga.
Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw – Hill Book Company. New York
Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Gadjah Mada Press.Yogyakarta.
Gray, P. 1954. The Microtomits’ Formulary and Guide. The Blakiston Company Inc. New York. Toronto.
Hudha, Atok M. 2000. Vertebrata. UMM Press. Malang.
Iskandar, D. T. and E. Colijn, 2000,Preliminary Checklist of Southeast Asian and New Guinean Herpetofauna: Amphibians,Treubia 31 (3): 1-133.
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadjah Mada Press.Yogyakarta.
Sundoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia). Penerbit Bhrataro Karya Aksara. Jakarta.
Zug, George R. 1993.Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London, p : 357 – 358.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar