Minggu, 28 Oktober 2012


II. METODE PRAKTEK
A. Waktu dan tempat
Praktikum fisika kayu ini dilaksanakan pada hari senin, tanggal 15 Oktober 2012, (pada pukul 12.00 – 14.00 wita), di Laboraturium, Fakultas Kehutanan Universitas hasanuddin.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Timbangan digital untuk mengukur berat kayu
2.      Desikator untuk menyerap air
3.      Oven untuk memanaskan kayu
4.      Jangka sorong atau caliper untuk mengukur dimensi kayu
5.      Kayu sebagai bahan yang akan diukur
            kayu kamper
            kayu maranti
            kayu merbau
            kayu lilin
            kayu nyato
C. Prosedur Kerja
·         sediakan 5 jenis kayu ukuran 2 x 2 x 2 dan ukur dimensi kayu menggunakan jangka sorong atau kapilersetelah itu ukur pula berat kayu menggunakan timbangan digital, dan catat hasil pengamatan.
·         Sebelumnya, memberikan tanda berupa garis pada tiga arah  utama (longitudinal, tangensial dan radial) contoh uji tersebut.
·         Masukkan kayu ke dalam oven dengan suhu 103o  2oC, tunggu sampai sekitar 2 hari
·         Pada hari ke 2 angkat kayu dari oven kemudian ukur brat kayu tersebut
·         Setelah itu masukkan lagi kayu ke dalam oven selama    4 jam, kemudian ukur lagi berat kayu tersebut.
·         Masukkan lagi kedalam oven selama 1 hari kemudian ukur lagi berat kayu tersebut. Ukur pula panjang dan lebar kayu tersebut.
·         Kemudian kayu direndam kedalam air dan ukur lagi berat kayu.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL.
Kayu
Berat awal (g)
P (mm)
L (mm)
T (mm)
Merbau
21,01
21,01
20,66
21,03
Lilin
21,88
21,88
21,87
21,70
Kamper
5.38
20,75
23,40
20,28
Meranti
3,02
19,97
22,56
23,48
Nyato
4.66
23,03
22.85
22,43

Berat setelah di oven selama  48 jam
Kayu
Berat (g)
Merbau
6,35
Lilin
2,91
Kamper
4,84
Meranti
2,75
Nyato
4,20

Berat kayu setelah di oven selama  4 jam
Kayu
Berat (g)
Merbau
6,37
Lilin
2,95
Kamper
4,87
Meranti
2,74
Nyato
4,21

Setelah di oven lagi selama 1 hari
Kayu
Berat (g)
Merbau
6,36
Lilin
2,94
Kamper
4,86
Meranti
2,75
Nyato
4,25


Pengukuran terakhir
Kayu
Berat (g)
P (mm)
L (mm)
Merbau
6,35
20,98
21,45
Lilin
2,91
21,33
22,72
Kamper
4,84
20,4
23,55
Meranti
2,75
20,94
22,73
Nyato
4,20
28,02
22,40

Berat kayu setelah direndam air
Kayu
Berat (g)
Merbau
8,62
Lilin
9,40
Kamper
9,19
Meranti
9,68
Nyato
9,90


IV. KESIMPULAN
Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat di dalam kayu atau produk kayu biasanya dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%) terhadap berat kayu bebas air atau berat kering tanur (BKT), namun dapat juga dipakai satuan terhadap berat basahnya. Berat kering tanur dijadikan sebagai dasar karena berat kering tanur merupakan indikasi dari jumlah substansi/bahan solid yang ada (Panshin dan de Zeeuw, 1980). Rumus yang digunakan untuk mencari besarnya kadar air adalah sebagai berikut :

%KA= (berat dengan air / BKT) x 100
Karena penyebutnya adalah berat kering bukan berat total, kadar air yang dihitung dengan cara ini dapat melebihi 100%. Salah satu cara yang paling lazim untuk menentukan kadar air adalah dengan menimbang contoh uji basah dan mengeringkannya dalam tanur pada 103 ± 2oC untuk mengeluarkan semua air, kemudian menimbangnya kembali. Rincian metode kering tanur ini diterangkan di dalam standar ASTM (American Society for Testing and Materials) D 2016. Apabila menggunakan metode kering tanur, kadar air dapat dihitung sebagai berikut
%KA={(berat dengan air – BKT)/BKT}x100
Suatu contoh mungkin dapat menolong menggambarkan bagaimana kandungan air dihitung. Suatu balok meranti merah (Shorea leprosula) segar mempunyai berat total 970 g. Setelah dikering tanurkan berat¬nya menjadi 390 g. Berapa kandungan airnya ?
%KA={(970-390)/390}x100 = 149%
Perlu diingat bahwa apabila menghitung kandungan air, banyaknya air dinyatakan sebagai suatu persen berat kayu kering tanur. Metode penghitungan kandungan air ini adalah standar yang diterima untuk semua kayu gergajian, kayulapis, papan partikel, dan produk produk papan serat di Amerika Serikat dan di sebagian besar dunia. Tetapi dalam industri pulp dan kertas serta untuk kayu yang digunakan sebagai bahan bakar banyaknya air sering dinyatakan sebagai persen berat total yaitu berat kayu ditambah airnya. Dalam praktek hasil hasil hutan secara umum, apabila dasar untuk menghitung kandungan air tidak diberikan/dinyatakan maka dapat dianggap atas dasar berat kering tanur. Apabila dasar berat basah digunakan, harus ditunjukkan sebagai kandungan air (atas dasar berat basah).
Persamaan dasar untuk kandungan air dapat diubah ke bentuk bentuk yang mudah untuk digunakan di dalam situasi-¬situasi yang lain. Misalnya, memecahkan persamaan untuk berat kering tanur apabila berat basah diketahui yaitu menggunakan rumus :
BKT=berat basah / {1+(%KA/100)}
Jika air berhubungan dengan kayu baik kayu hidup maupun kayu dalam pemakaian, maka sesudah dinding sel jenuh dengan air akhirnya rongga sel akan terisi air bebas. Kadar air maksimum akan tercapai apabila semua rongga dalam dinding sel telah jenuh air dan rongga sel penuh dengan air.

PEMBAHASAN
Penyusutan kayu terjadi bila kayu kehilangan air dibawah titik jenuh serat yaitu kehilangan air terikatnya. Kayu bersifat anisotropi yaitu kayu akan mengalami perubahan dimensi yang tidak sama pada tiga arah struktural. Penyusutan pada arah longitudinal lebih kecil sehingga tdk diperhitungkan. Sedangkan penyusutan pada arah tangensial lebih besar daripada penyusutan pada arah radial, biasanya mencapai dua kali atau lebih. Penyusutan kayu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kelembaban, kerapatan, struktur anatomi, ekstraktif, komposisi kimia dan tegangan mekanis.
1.      Berat Kayu
Hasil pengamatan terhadap kayu mangga diperoleh berat kayu pada beberapa kondisi. Yakni berat kayu pada kondisi basah yakni sebesar 7,58 gram, berat pada saat kering udara diperoleh sebesar 5,80 gram, dan berat pada kondisi berat kering tanur yakni sebesar 4,97 gram.
Berat kayu berbeda-beda pada setiap kondisi karena kandungan air yang ada di dalam kayu pada tiap kondisi berbeda-beda pula sehingga berat kayu bervariasi pula. Hal ini dapat pula dipengaruhi oleh suhu pada lingkungan sekitar.
2.      Perubahan Dimensi
Hasil pengamatan terhadap kayu Mangifera indica dapat diperoleh data perubahan dimensi kayu yakni pada saat basah dan pada saat kering tanur. Perbedaan dimensi kayu dalam hal ini yakni dari volume awal  9,9 cm3 menjadi volume tanur  8,8 cm3.
Perubahan dimensi pada kayu ini disebabkan oleh perubahan jumlah kadar air yang ada di dalam dinding sel dari kayu tersebut. Pada saat kondisi basah, dimensi kayu lebih besar, karena jumlah air terikat pada dinding sel lebih besar. Sebaliknya pada saat kayu dikeringtanurkan maka suhu sekitar kayu menjadi sangat tinggi sehingga air terikat yang ada di dalam dinding sel keluar dan turun di bawah titik jenuh serat.



3.      Kadar Air
Kadar air pada kayu berarti banyaknya jumlah air yang terkandung di dalam kayu dibandingkan terhadap berat kering tanur dan dinyatakan dalam bentuk persen.
Setelah dilakukan pengamatan terhadap kayu mangga, diperoleh data berat kayu pada saat basah dan berat kayu setelah dioven.

4.      Berat Jenis
Berat jenis kayu yakni perbandingan berat kering tanur terhadap volume kondisi tertentu dibagi dengan berat jenis air pada suhu standar.

5.      Pengembangan dan Penyusutan Kayu
Penambahan air atau hal lain zat cair yang poler pada zat dinding sel akan menyebabkan jaringan mikrofibril itu mengembang sebanding dengan banyaknya cairan yang ditambahkan. Keadaan ini terus berlangsung hingga titik jenuh serat tercapai. Dalam proses ini dikatakan bahwa kayu mengalami pengembangan atau pemuaian.

DAFTAR PUSTAKA

Haygreen, J.G. dan J.D. Boywer, 1995. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Dumanauw, J.F., 1999. Mengenal Kayu. Pika, Semarang.
(http://noviantoblog.blogspot.com/2009/06/html )2010. Sifat Kimia Kayu. Makassar

(http://uikipedia.wordpress.com/2009/01/14html) 2010 . Perubahan Dimensi Kayu.Makassar

I. PENDAHULUAN
Sifat fisika kayu adalah sifat-sifat asli dari kayu (wood inheren factors) yang dapat berubah-ubah karena adanya pengaruh lingkungan (suhu dan kelembaban udara).
Yang termasuk sifat fisika kayu ini antara lain kadar air, berat jenis/kerapatan, perubahan dimensi kayu, sifat  termis kayu, sifat elektris, sifat resonansi dan sifat akustik  
Sifat fisika kayu ditentukan oleh faktor–faktor yang inheren pada struktur kayu, yaitu :
1. Banyaknya zat dinding sel yang ada dalam sepotong kayu
  1. Susunan dan arah mikrofibril dalam sel-sel dan jaringan–jaringan
  2. Susunan kimia zat dinding sel.
a.      Kadar Air Kayu
Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat di dalam  kayu atau produk kayu biasanya dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%) terhadap berat kayu bebas air atau berat kering tanur (BKT)
1.      Letak air dalam kayu



Uap air
                                    Uap air
      Dinding sel

          air cair                                                                  dinding sel


                                    Air dalam sel kayu basah                                Air dalam sel kayu kering

  Titik jenuh serat (TJS) : titik dimana keadaan semua air cair di dalam rongga sel telah dikeluarkan tetapi dinding sel masih jenuh (25 – 30%). Kondisi ini merupakan titik yang kritis, karena pada keadaan ini kayu dapat terganggu oleh perubahan‑perubahan dalam besarnya fluktuasi kandungan air.
  Air bebas : air yang berada dalam rongga sel.
  Air terikat : air yang berada dalam dinding sel.
  Berat kering tanur : kondisi dimana air sudah keluar semua dari dinding sel dan rongga sel/kadar air pada 0%.
  Kadar air seimbang : kadar air yang sesuai dengan keadaan kadar air sekelilingnya atau disebut juga kondisi kering udara (12 – 18%).
Air bebas lebih mudah keluar dibanding air terikat yang disebabkan oleh :
  Adanya gaya kapiler
  Perbedaan tekanan uap air, dari bagian dalam kayu yang masih dalam kondisi basah menekan keluar
  Perbedaan kelembaban, yang menyebabkan air dari bagian dalam mengalir keluar menuju kepermukaan sehingga menggantikan air permukaan kayu yang hilang menguap.

2.      Penghitungan Kadar Air
  Rumus yang digunakan untuk mencari besarnya kadar air adalah sebagai berikut :
Ka =
Bb    =  berat basah
Bkt  =   berat kering tanur
b.      Berat Jenis dan Kerapatan
Berat Jenis :  perbandingan kerapatan bahan dengan kerapatan air (1 g/cm 3 atau 1000kg/m 3)

Kerapatan  (R): massa atau berat/satuan volume
  Ada 4 kondisi volume kayu yang sering digunakan di dalam perhitungan berat jenis maupun kerapatan yaitu :
    Volume segar/basah, yaitu bila dinding sel atau rongga sel jenuh dengan air atau pada kondisi di atas titik jenuh serat
    Volume pada kondisi kering udara/kering angin/kadar air seimbang
    Volume pada kondisi kadar air senyatanya
    Volume pada kondisi kering tanur.
  Cara menentukan volume kayu :  
-          Mengukur kayu dengan kaliper
-           Dengan pencelupan

  Kayu dengan BJ dasar 0,36 disebut kayu ringan, BJ dasar 0,36 – 0,56 disebut kayu dengan berat sedang dan BJ dasar lebih dari 0,56 disebut kayu berat.
Berat kayu merupakan jumlah  berat dari :
  Zat kayu (dinding sel)
   Ekstraktif
  Jumlah air yang ada di dalam kayu.

Pada umumnya berat jenis kayu bergantung kepada :
  Besarnya sel
  Tebalnya dinding sel
  Hubungan antara jumlah sel yang bermacam-macam serta tergantung besar dan tebalnya dinding sel.
  Berat jenis dan kerapatan kayu adalah faktor–faktor yang menentukan sifat fisika dan mekanika kayu.
Kayu terdiri dari  sel–sel  dan rangka sel–sel  ,ini adalah dinding sel yang terdiri atas zat kayu.  Karena itu untuk kayu yang kering tanur dengan berat dan volume tertentu merupakan petunjuk banyaknya zat kayu (jika variasi adanya ekstraktif diabaikan) dan juga petunjuk volume udara yang ada dalam rongga–rongga sel yang kosong.
Banyaknya zat kayu merupakan petunjuk tentang :
  Kekuatan kayu, sifat pengerjaan dan finishing nya
  Rongga dalam kayu, yang banyak menentukan banyaknya air yang dapat diabsorbsi
  Kerapatan kayu yang sangat menentukan perubahan–perubahan pada dimensi kayu, yang  disebabkan karena perubahan pada kadar airnya.
Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya, yaitu proporsi volume rongga kosong. Sekeping kayu segar pinus dengan kerapatan 23,4 pon bahan kayu kering/feet3 berisi kira‑kira 25% bahan dinding sel dari 75% rongga (terutama rongga sel) menurut volumenya. Sebaliknya, white oak dengan kerapatan 46,8 pon kering/feet3 mempunyai volume rongga kira‑kira 50%.
Sifat‑sifat fisika-mekanika kayu ditentukan oleh tiga ciri:
  1. Porositasnya atau proporsi volume rongga, yang dapat diperkirakan dengan mengukur kerapatannya 
  2.Organisasi struktur sel, yang meliputi struktur mikro dinding sel dan         variasi serta proporsi tipe‑tipe sel/organisasi struktur sel terutama merupakan fungsi dari spesies; dan
  3. Kandungan air (pengaruh air terikat pada sifat-sifat kayu)

Penyusutan dan Pengembangan Dimensi Kayu
Jika kayu mengalami kehilangan air di bawah TJS maka kayu menyusut jika air memasuki

 % Penyusutan kayu : 


 % Pengembangan kayu :


Perubahan dimensi pada :
arah longitudinal        : 0,1–0,2 %
arah radial                 : 2,1 – 8,5 %
arah tangensial           : 4,3–14%.
Daya apung kayu : Kemampuan kayu untuk mengapung disebabkan karena kekuatan apung (buoyant force) yang timbul sebagai akibat perbedaan antara kerapatan kayu dan kerapatan air yang didesak oleh kayu tersebut jika terendam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar